BAB I
Pendahuluan
Sejak lahirnya ilmu psikologi, kepribadian selalu menjadi suatu salah satu topik bahasan yang penting. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami mnusia seutuhnya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian. Teori kepribadian ini sendiri melahirkan konsep-konsep seperti dinamika pengaturan tingkah laku, pola tingkah laku, model tingkah laku dan perkembangan repertoir tingkah laku, dalam rangka mengurai kompleksitas tingkah laku manusia.
Teori prikologi kepribadian ini bersifat deskriptif dalam ujud pegambaran organisasi tingkahlaku secara sistematis dan mudah dipahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi begitu saja tanpa alasan, pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab musabab, pendorong motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya. Faktor-faktor tersebut harus diletakan dalam suatu kerangka yang saling berhubungan dan bermakna, agar kesemuanya terjamin mendapat tilikan yang cermat dan teliti ketika dilakukan pendeskripsian tingkah laku, dan agar deskripsi dilakukan memakai sistematik yang ajeg dan komunikatif.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan menusia menjadi satu kesatuan ,tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self atau memahami manusia seutuhnya. Hal terpenting yang harus diketahui berkaitan dengan pemahaman kepribadian adalah; bahwa pemahaman iru sangat dipengaruhi oleh paradigma yang dipakai sebagai acuan untuk mengembangkan teori itu sendiri. Para ahli kepribadian ternyata meyakini paradigma yang berbeda-beda, yang mempengaruhi secara sistemik seluruh pola pemikirannya tentang kepribadian manusia.
Latar Belakang
Setelah mengulas sedikit lebih dalam mengenai keprobadian dan aspek-aspek yang ada di dalamnya, kini berlanjut pada pembahasan mengenai prilaku yang dapat menimbulkan gangguan kepribadian. Dimana saaty seseorang memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa diantara individu adalah individu yang memiliki prilaku yang teratur, atau pun ceroboh. Beberapa dari individu-individu tersebut lebih memilih mengerjakan tugas mereka sendiri, namun ada juga yang ingin mengerjakan bersama orang lain ( sosial ), beberapa diantara ada pula yang memiliki tipe pengikut, namun ada juga yang selalu ingin dilihat sebagai pemimpin. Namun, saat pola prilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptif, maka hal tersebut dapat menyebabkan dstress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan , maka pola tersebut dapat di diagnosis sebagai gangguan kepribadian.
Trait-trait kepribadian yang terganggu menjadi jelas di masa remaja auatu masa awal dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit untuk di ubah. Tanda-tanda peringatan dan gangguan kepribadan dapat dideteksi pada masa kanak-kanak, bahkan pada prilaku bermasalah dari anak-anak prasekolah.anak-anak dengan gangguan psikologis atau prilaku yang bermasalah dimasa kanak-kanaknya, seperti gangguan tingkah laku, depresi, psikologis atau prilaku bermasalah lainnya, akan mendapat resiko lebih besar dibandingkan resiko rata-rata untuk mengembangkan gangguan kepribadian yang terjadi di kemudian hari.
Terlepas dari konsekuensi prilaku mereka yang bersifat self-defeating , orang dengan gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah. Menggunaan istilah psikodinamika, DSM menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cendrung menganggap trai-trait mereka sebagai ego syntonic, yang berakibat membuat mereka lebih cenderung serung dibawa pada ahli kesehatan mental dan kejiwaan.
DSM mengelompokkan gangguan kepribadian ini pada axis II, dimana gangguan kepribadian ini dapat di diagnosis pada klien yang prilakunya memenuhi kriteria untuk masuk dalam gangguan kepribadaian tersebut. Dalam hal ini DSM membagi gangguan kepribadia menjadi 3 kelompok antara lain :
- Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Dalam kelompok ini mencakup gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizotipal
- Kelompok B : orang dengan prilkau yang terlalu daramatis, emosional , atau eratik ( tidak menentu ), dan kelompok ini sendiri terdiri dari gangguan kepribadian anti sosial, ambang, histrionik, dan narsistik.
- Kelompok C : orang yang sering kali tampak terlihat cemas atau ketakuatan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadian menghindar, depnden dan obesif – kompulsif.
Ketiga kelompok gangguan kepribadaian tersebut timbul karena adanya suatu prilaku yang sedikit aneh dan eksentrik yang terjadi pada seseorang. Adanya prilaku aneh atau eksentrik pada seseorang itu tembul dikarenakan adanya pola prilaku dan cara berhubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan cara yang benar-benar kaku, yang akhirnya terlihat aneh dan akhirnya di golongkan dalam hal-hal yang dapat memicu terjadinya gangguan kepribadian tersebut.
Rumusan Masalah
- Penelitian yang ingin saya lakukan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pralaku eksentrik ( prilaku aneh ) dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan kepribadian.
- Untuk mengetahui tujuan dari penelitian
- Mengetahui manfaat dari penelitian ini sendiri.
Tujuan Penelitian
- Tujuan umum, yaitu untuk mengetahui dan mengulas secara menyeluruh apa saja prilaku-prilaku eksentrik yang dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan kepribadian dan bagaimana cara pengobatan dan penanggulangannya.
- Tujuan khusus, yaitu untuk mengetahui pembagian secara berkala mengenai apa saja yang termasuk dalam prilaku eksentrik itu sendiri, kemudian bagaimana bentuk pembagian prilaku eksintrik tersebut dalam beberapa DSM dan AXIS.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan kami lakukan ini, memiliki beberapa manfaat, dan salah satu manfaat dari penelitian yang akan kami lakukan ini adalah untuk memeberikan sedikit kontribusi dalam memperkaya khasanah dalam psikologi kepribadian dan memperdalam pengetahuan mengenai gangguan kepribadian itu sendiri sekaligus agar mengetahui apa saja bagian yang terdapat di dalam gangguan kepribadian tersebut, dan juga cara pengobatan dan penanggulangan bagi seseorang yang mengalami prilaku-prilaku ekstrinsik tersebut. Selain itu, manfaat dari penelitian yang akan kami lakukan, yaitu untuk memberikan informasi pada masyarakat sekitar mengenai apa saja yang harus mereka lakukan, jika ada salah seolang dari anggota keluarga mereka yang dirasa memiliki prilaku-prilaku yang mendekati prilaku ekstrinsik.
BAB II
Definisi
- Definisi Konseptual,
- Definisi Operasional
1. prilaku ekstrinsik, adalah suatu prilaku yang terjadi pada seseorang namun perilaku ini tidak sama dengan prilaku orang pada umumnya, karena itu prilaku ini disebut dengan prilaku ekstrinsik. Kemudian prilaku yang termasuk prilaku ekstrinsik adalah :
- paranoid, dalah suatu prilaku yang ada pada seseorang dimana individu ini selalu memiliki perasaan yang selalu curiga dan cendrung untuk menginterpretasi prilaku orng lain sebagai hal yang mengancam dan merendahkan. Orang yang memiliki prilaku ini biasanya sangat tidak percaya pada orang lain, dan hubungan sosial mereka dengan orang lain sangat tidaklah efisien.kemudian, orang yang seperti ini juga cenderung terlalu sensitif terhadap kritikan yang diberikan. Mereka mudah marah, dan tidak menerima bila mereka pikir mereka mereka telah diperlakukan dengan buruk. Mereka memprtanyakan ketulusan dan kelayakan untuk dpercayai dari teman dan rekan-rekan mereka, dan sebagai akibatnya mereka hanya memiliki sedikit teman dan hubungan eret. Meskipun kecurigaan dari orang-orang yang berprilaku paranoid ini sanatlah berlabihan dan mendasar, namun tudak terdapat kehadira delusi paranoid yang menandai pola pikir dari orang-orang yang memiliki prilaku paranoid.
- Skizoid,adalah prilaku seseorang yang memiliki ciri isolasi diri dari lingkungan sosial. Dimana orang yang memiliki prilaku skozoid ini sering kali digambarkan sebagai sosok orang yang lebi sering menyendiri atau eksentrik, orang dengan prilaku skizoid ini sering kali kehilangan minat pada hubungan sosial. Emosi yang dimiliki orang dengan prilaku skizoid sering kali terlihat dangkal, namun pada derajat yang lebih endah dibandingkan dengan skizofrenia. Individu dengan prilaku skizoid ini tampak jarang mengalami kemarahan, kebahagiaan, atau kesedihan yang kuat. Merekapun lebih sering menjaga jarak dengan lingkungan sosial, selain itu wajah merekapun cenderung tidak menampilakn ekspresi emosiaonal, dan meekapun jarangbertukar senyum sosial atau salam yang disertai anggukan dengan orang lain.
Pola prilaku yang dimiliki individu skizoid umumnya dapat segera dikenali saat masa awal dewasa. Pria dengan prilaku seperi ini cenderung jarang mau berkencan ataupun menikah, demikian juga dengan perempuan yang memiliki prilaku skizoid, dimana ia jarang untuk mau menerima ajakan romantis secara pasif dan menikah, namun mereka jarang berinisiatif tuntuk membina hubungan atau untuk mengembangkan ikatan yang kuat dengan pasangan mereka.
Kemungkinan terdapat kesenjangan antara penampilan luar dan kehidupan dalam dari orang-orang dengan penampilan skizoid. Msekipun mereka terlihat memiliki sedikit minat terhadapa seks (akhtar ; 1987), misalnya, mereka mungkin memiliki keinginan voyeuristikdan menjadi tertarik pada pornografi. Akhtar juga menyatakan bahwa prilaku menjauh dan menjaga jarak dari lingkungan sosial . mereka juga memiliki sesnsitivitas yang kuat, rasa ingin tahu yang mendalam dengn orang lain, dan harapan akan cinta yang tidak dapat mereka ekspresikan. Dalam sejumlah kasus, sensitivitas di ekspresikan dengan perasaan yang mendalam terhadap binatang daripada terhadap sesama manusia.
- Skizotipal, individu yang memiliki prilaku skizotipal adalah individu yang sering mengalami kesulitan dalammembina hubungan dekat dan yang memiliki prilaku, sikap, serta memiliki pola pikir yang sedikit aneh dan ganjil, namun tidak cukup terganggu untuk dapat dikatakan terkena skizofrenia. Namun dilain waktu mereka dapat menjadi sangat cemas dalam situsi sosial, bahkan saat berinteraksi dengan orang yang mereka kenal. Kecemasan sosial yang mereka alami ini tampaknya tekait dengan pikiran paranoid, dibandingkan akan ditolak atau dievaluasi secara negatif oleh orang lain.
Prilaku skizotipal ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, keanehan yang terjadi pada individu skizotipal terjadi dikarenakan kurangnya minat terhadap hubungan sosial. Sedangkan gangguan skizotipal ini sendiri merujuk pada cakupan yang lebih luas dari prilaku, persepsi, dan keyakinan-keyakinan yang ganjil.
Variabel - Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian yang akan kami lakukan adala :
- variabel bebas : prilaku aneh yang dilakukan oelh individu
- variabel terikat : gangguan kepribadian yang terjadi
BAB III
Hipitesis Ilmiah
Hipotesis umum : gangguan kepribadian yang terdapat pada manusia dipengaruhi
oleh prilaku-prilaku aneh dan ekstrinsik yang ada pada manusia.
Hipoteseis eksplisit : subjek yang di perkirakan memiliki gangguan kepribadian di
karenakan timbulnya prilaku-prilaku ekstrinsik tertentu.
Jenis dan Desain Penelitian
· Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan kami gunakan dalam menganalisa materi yang akan kami jadikan bahan penelitian adalah menggunakan desain penelitian One-Group Posttest Design, kami memilih desain penelitian tersebut karena pada penelitian yang akan kami lakukan , kami hanya melibatkan satu kelompok saja, yang kemudian setelah jangka waktu tertentu respon dari penelitian tersebutlah yang akan di ukur.
· Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian eksperimental yang bersngkutan dengan hubungan kausal sebab-akibat.
Populasi dan Sampel
Subjek Penelitian
Dalam penelitian yang akan kami lakukan, sebagai subjeknya kami memilih remaja laki-laki yang berusia antara 16 sampai 19 tahu, baik yang sedang duduk di bangku SMA ataupun yang sudah memasuki jenjang perguruan tinggi. Dimana jumlah subjek yang kami butuhkan adalah 20 orang
0 komentar:
Posting Komentar